JAKARTA, PapuaStar com-“Bekerjalah dengan ikhlas, maka doa-doa terbaik akan mengalir dari sesama.”
Kalimat sederhana ini bukan sekadar motto, tapi cermin hidup dari sosok Letkol Harry Ismail—perwira rendah hati yang meninggalkan jejak mendalam, bukan hanya di medan tugas, tetapi juga di hati mereka yang pernah bekerja bersamanya.
Dandim pertama Maybrat, Papua Barat Daya, Letkol Harry bukanlah pemimpin yang berdiri di menara gading. Ia memilih berada di tengah-tengah masyarakat, dekat dengan wartawan, berbagi ruang dialog, bahkan tak segan meminta saran dari kalangan jurnalis demi menjaga stabilitas keamanan di wilayah yang pernah penuh gejolak itu.
Kami, para pekerja pers, bukan hanya menjadi saksi, tetapi juga mitra dalam ikhtiar besar itu. Dalam setiap tantangan keamanan, beliau selalu membuka ruang komunikasi, mendorong penerapan jurnalisme damai sebagai pendekatan strategis dalam penyelesaian konflik. Tidak ada arogansi, hanya niat tulus untuk menciptakan suasana kondusif bagi rakyat Maybrat.
Di bawah kepemimpinan beliau, banyak pencapaian ditorehkan. Tapi yang lebih dari itu, warisan terbesar beliau adalah kepercayaan dan persaudaraan yang terbangun antara aparat dan awak media. Suatu relasi yang jarang terjadi, namun sangat bermakna.
Setelah tiga tahun mengabdi di Maybrat, Letkol Harry dimutasi ke Kodam XVIII/Kasuari. Kariernya terus bersinar hingga kini menjabat sebagai Dandim 0501/JP – BS, sebuah tanggung jawab besar di jantung ibu kota. Namun, satu hal yang tak berubah: kerendahan hatinya.
Saya baru saja berkesempatan kembali bertemu beliau dalam sebuah tugas. Dalam tugas pengamanan VVIP—kunjungan Perdana Menteri Malaysia ke Istana Negara—beliau masih seperti dulu: ramah, terbuka, dan menyemangati kami dengan senyuman khasnya.
Di sela tugas berat, beliau tetap sempat berbincang dan berbagi semangat. Dan di situ saya kembali sadar, bahwa sosok pemimpin yang ikhlas memang tidak pernah kehilangan cahaya, meski telah berpindah tempat dan pangkat.
Doa terbaik selalu mengiringi Abang Harry Ismail. Semoga sehat dan sukses dalam setiap penugasan. Dan siapa tahu, kelak dengan pangkat jenderal, beliau kembali lagi ke tanah Papua—bukan sekadar sebagai pemimpin, tapi sebagai bagian dari keluarga besar kami di Timur Indonesia.
Salam hangat dari kami,
Salam Petik Bintang.(Chandry)