Eddie Mangun dan Martabat Yang Menjawab Arogansi

oleh -94 Dilihat
Oplus_0

SORONG, PapuaStar.com-Beberapa waktu terakhir, publik dikejutkan oleh video viral yang memperlihatkan suasana memanas dalam rapat dengar pendapat (RDP) antara pihak Pertamina dan sejumlah anggota DPRD Balikpapan. Namun di balik riuhnya suara dan sikap emosional sejumlah oknum dewan, muncul satu sosok yang justru mencuri perhatian dengan ketenangan dan kewibawaannya: Eddie Mangun, pejabat Pertamina asal Papua.

Dalam rekaman yang beredar luas di media sosial, terlihat jelas bagaimana Eddie yang mewakili Pertamina untuk menjelaskan persoalan kelangkaan BBM, berulang kali dipotong, ditekan, bahkan dihardik oleh sejumlah anggota dewan. Alih-alih merespons dengan emosi serupa, Eddie justru menunjukkan kualitas pribadi dan profesionalisme yang jarang terlihat di ruang-ruang publik kita hari ini.

Tetap tenang saat diserang, tetap santun saat diperlakukan tak pantas. Itulah pelajaran yang bisa kita petik dari sikap Eddie. Ia tak hanya berbicara sebagai pejabat Pertamina, melainkan sebagai anak bangsa yang menjunjung tinggi etika, tata krama, dan nilai-nilai keindonesiaan.

Ketika suasana rapat berubah menjadi ruang intimidasi, Eddie Mangun bersama timnya mengambil sikap tegas: meninggalkan ruangan dengan kepala tegak. Ini bukan bentuk pelarian, tapi sebuah penegasan. Demokrasi tak bisa dijalankan dengan cara membungkam, meneriaki, atau mengintimidasi. Demokrasi adalah ruang adab, bukan arena adu otot.

Sikap elegan Eddie seakan menampar balik perilaku arogan yang dipertontonkan di hadapan publik. Ia menjawab kemarahan dengan keteduhan, menunjukkan bahwa kekuatan tak selalu berbentuk suara yang keras, tetapi keberanian untuk tetap beradab di tengah ketidaksantunan.

Sebagai masyarakat yang menjunjung budaya timur, kita semestinya merasa malu melihat perilaku oknum-oknum yang justru duduk di kursi terhormat legislatif, namun gagal menjaga martabatnya sendiri. Apakah suara rakyat yang mereka wakili hanya sebatas amarah tanpa substansi?

Justru dari tanah Papua, Eddie Mangun hadir membawa teladan: bahwa “garangnya wajah orang timur tak sama dengan garangnya hati.” Ia membuktikan bahwa integritas dan ketegasan tak selalu harus bersuara tinggi, cukup ditunjukkan lewat sikap yang konsisten, tenang, dan menjunjung martabat.

Indonesia tak kekurangan orang pintar, tapi sering kali kita kekurangan orang santun. Dan hari itu, Eddie Mangun berdiri sebagai simbol dari harapan bahwa masih ada pejabat publik yang memegang teguh nilai kesantunan dalam demokrasi.

Terima kasih, Kaka Ema. Anda telah memberikan pelajaran berharga tentang etika, integritas, dan arti kepemimpinan sejati.(Chanry Suripatty/Jurnalis iNewsTv/Koorwil IJTI Papua – Maluku)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *