PPDB di SMA Negeri 2 Manokwari Melebihi Kuota, Kepsek : Tanyakan ke Dinas

oleh -203 Dilihat

MANOKWARI, PapuaStar.com – Aksi protes dengan melakukan pemalangan di SMA Negeri 2 Manokwari rupanya salah sasaran. Hal itu diungkap Kepala SMA Negeri 2 Manokwari Andarias Hara saat dikonfirmasi melalui telepon seluler, Senin (27/6/2022).

Andarias mengatakan hingga penutupan Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) di SMA Negeri 2 Manokwari sudah melebihi daya tampung kelas yang hanya tersedia bagi 288 siswa.

Ditegaskannya banyak siswa yang tidak mengikuti pendaftaran jalur online dan lebih memilih jalur offline. Sementara pihak sekolah dituntut untuk mengutamakan calon siswa yang mendaftar dengan sistem online.

“Bukan saja disekolah kita yang lakukan itu, tapi semua sekolah. Mereka masuk zona tapi masalahnya mereka masuk sistem atau tidak. Mereka tidak online, yang mereka minta itu Offline, sementara kita harus urus itu yang online,” beber Andarias.

Aksi protes ini menurutnya tidak tepat sasaran. Kata Andarias, orang tua yang anaknya tidak terakomodir atau tidak lulus dalam PPDB, seharusnya datangi Dinas Pendidikan Provinsi Papua Barat agar diberikan solusi atas permasalahan tersebut. Bukan ke sekolah dan melakukan aksi pemalangan.

Dikatakannya juga selama PPDB dibuka hingga penutupan, sudah 508 orang calon siswa yang mendaftar. Ini pun menjadi dilema bagi pihak sekolah, sebab jumlah tersebut sudah melebih kuota yang diminta.

“Yang online saja sudah 508. Harusnya mereka datang ke dinas, supaya dinas mendata kemudian solusinya seperti apa. Saat ini kuota kita sudah full, yang dikasih 288,” pungkas Andarias.

 

Sebelumnya di tahun 2021, SMA Negeri 2 Manokwari menerima siswa dengan kuota yang besar hingga nyaris tidak mendapatkan kelas. Kondisi itu dapat tertolong dengan Pandemi Covid-19 yang mana proses belajar mengajar dilakukan secara online.

Namun permasalahan lain yang ditemui saat ini adalah jumlah tenaga pengajar dihampir seluruh SMA masih kurang. Tentu hal itu berdampak pada proses belajar mengajar jika jumlah siswa yang diterima melebih kuota.

“Tahun lalu kita melebih daya tampung sampai 3 kelas tidak punya ruangan. Bersyukur karena tahun lalu Covid-19, jadi proses belajarnya secara online. Kalau mau terima, mereka mau ditempatkan dimana. Sementara tenaga pendidik di Papua Barat saja lagi langka,” tutupnya.(PS-01)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *