MANOKWARI, PapuaStar.com – Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Papua Barat terus berupaya menangani para anak yang menjadi korban penyalahgunaan lem Aibon.
Untuk memperkuat langkah-langkah penanganan yang strategis, BNNP Papua Barat melaksanakan pertemuan yang dikemas melalui Focus Group Discussion (FGD) bersama stakholder terkait dan organisasi masyarakat, Jumat (3/9/2021).
Pelaksanaan FGD ini kata Kabag Umum BNNP Papua Barat, Romansyah, SE., M.Kes, untuk memperkuat koordinasi antara BNN dengan stakholder yang nantinya berperan sebagai agen perubahan, dalam hal merehabilitasi secara mandiri para korban lem aibon yang tidak lain dan tidak bukan adalah anak-anak generasi muda Papua.
“Akan ada rehabilitasi berbasis masyarakat yang akan dilaksanakan oleh agen pemulihan maupun masyarakat setempat, karena nanti manfaatnya akan diterima oleh masyarakat itu sendiri,” ungkap Romansyah.
Upaya penanganan korban lem aibon di Papua Barat, khususnya di Manokwari BNN tidak berjalan sendiri, namun terdapat beberapa stakholder yang terdiri dari instansi pemerintah maupun organisasi masyarakat dan LSM, yang akan ikut membantu dalam program yang baik ini.
Romansyah mengaku, BNNP Papua Barat sejauh ini sudah membimbing dan melatih beberapa agen perubahan, semata-mata untuk memulihkan kondisi anak terpapar lem aibon.
“Nanti ada dari dinas terkait yang akan membantu kelancaran kegiatan tersebut. Agen pemulihan itu nanti dari masyarakat yang dilatih. Sudah kami lakukan pelatihan beberapa tahun lalu untuk agen pemulihan,” tambahnya.
Senada dengan itu, Konselor Adiksi Ahli Madya BNNP Papua Barat dr. Arianta Damanik, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan upaya sinergitas BNNP Papua Barat bersama stakholder dalam mengambil langkah strategi untuk menangani anak-anak yang kini menjadi korban penyalahgunaan lem aibon.
Dari hasil FGD, Arianta mengaku ada 2 lokasi yang disepakati untuk menjadi target pemulihan oleh para agen. Dirinya pun mengajak seluruh komponen masyarakat untuk bersama-sama melakukan pemulihan terhadap anak-anak disekitar tempat tinggal yang telah terkontaminasi dengan lem aibon.
“FGD untuk strategi penanganan anak pengguna lem aibon yang nanti akan dilaksanakan di dua kelurahan yaitu Sanggeng dan cabang II Anggori,” terang wanita asal Medan itu.
Tercatat korban penyalahgunaan lem aibon di Manokwari setiap tahunnya menunjukkan tren yang meningkat. Kondisi ini akan semakin buruk jika tidak ditangani sejak dini. Tentu dalam penanganannya, BNNP Papua Barat membutuhkan tempat khusus untuk memulihkan para korban yang adalah generasi penerus bangsa. Namun sejauh ini, mimpi memiliki gedung balai rehabilitasi belum juga terwujud, sehingga untuk sementara BNNP Papua Barat menggunakan klinik Kasuari untuk pembinaan dan pemulihan anak-anak korban lem aibon.
dr. Arianta berharap, ada perhatian pemerintah untuk mendirikan balai rehabilitasi untuk menyelamatkan generasi Papua dari penyalahgunaan lem aibon dan narkotika.
“Setiap tahun pasti beda. Kalau tahun lalu ada 70 dan tahun ini kita sementara on proses. Untuk Papua Barat sangat memprihatinkan karena belum ada dan sejauh ini kami bentuk klinik BNN Kasuari, sebagai tempat rehabilitasi mereka,” tutupnya.(PS-01)