MANOKWARI, PapuaStar.com – Permasalahan Stunting di Kabupaten Manokwari, masih saja tinggi. Hal itu diketahui saat rapat koordinasi penanganan Stunting dan kemiskinan ekstrem, pemerintah Kabupaten Manokwari bersama Pemprov Papua Barat dan Menteri Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Selasa 21 Maret 2023 di Aston Niu Hotel Manokwari.
Dalam pertemuan itu dihadiri Sekretaris Daerah Kabupaten Manokwari drg.Henri Sembiring, Kepala Bappeda, Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung, Asisten III Setda Manokwari, Pengurus Tim Penggerak PKK, Kepala Dinas Sosial, Kapolsek Kota Manokwari, Perwakilan Dandim 1801, dan perwakilan Kejaksaan Negeri Manokwari.
Kepada Menteri PMK Republik Indonesia, Sekretaris Daerah Kabupaten Manokwari, memaparkan jumlah kasus Stunting di Manokwari, sebanyak 36,60 persen meningkat dari tahun 2022 sebanyak 9,7 persen.
Kondisi ini diakuinya, belum maksimalnya implementasi program pencegahan secara masif. Sehingga target pencapaian secara nasional, belum dapat terwujud.
“Angka Stunting 36,60 persen atau meningkat capai 9,7 persen. Dengan angka tersebut, implementasi program pencegahan belum berjalan optimal, untuk mendukung target pencapaian nasional,” beber drg. Henri Sembiring, Selasa (21/3/2023).
Adapun anggaran penanganan stunting di Kabupaten Manokwari. Hingga bulan Maret 2023, pemerintah Kabupaten Manokwari berupaya mendorong dengan menambahkan Anggara.
Ditahun 2022, anggaran yang digelontorkan untuk penanganan Stunting sebesar Rp.3,24 miliar.
Sementara di tahun 2023 ini, anggaran tersebut meningkat signifikan hingga mencapai Rp.52,125 miliar. Ini menunjukan komitmen pemerintah Kabupaten Manokwari, dalam upaya menekan lajunya kasus Stunting.
“Tingginya kasus Stunting di tahun 2022, mengharuskan pemerintah daerah pada tahun 2023, meningkatkan anggaran sebesar 73,61 persen dengan harapan bisa menurunkan sebesar 14 persen. Hingga tahun 2024 menurunkan 11 persen, agar target secara nasional bisa tercapai,” sambung Sembiring.
Tingginya kasus Stunting di Kabupaten Manokwari, rupanya disebabkan oleh kemiskinan ekstrem secara global. Ini menunjukan, masih minimnya komitmen stakholder.(PS-01)