MANOKWARI, PapuaStar.com-Kunjungan kerja anggota Majelis Rakyat Papua Barat (MRPB) ke PT Medco Papua Hijau Selaras SP 9 bukan hanya sekadar pertemuan rutin, melainkan merupakan langkah konkret dalam menanggapi aspirasi masyarakat Papua terkait persoalan-persoalan yang muncul di wilayah dataran prafi. Dalam kunjungan tersebut, terungkap beberapa permasalahan signifikan yang menjadi perhatian serius tim MRPB.
Ketua tim, Musa Mandacan, yang juga menjabat sebagai Ketua Pokja Adat, secara tegas mengungkapkan tujuan utama kunjungan tersebut. Salah satu permasalahan yang diungkapkan adalah penolakan hasil buah oleh PT Medco, masalah hak ulayat, serta ketidaktransparanan dalam sistem pembayaran tonase melalui koperasi.
Masalah ketidaktransparanan ini menjadi fokus utama diskusi. Musa Mandacan menyoroti kurangnya transparansi dari koperasi kepada pemilik hak ulayat terkait hasil penjualan tonase. Dalam praktiknya, sisa asli usaha yang diperoleh oleh koperasi belum dapat dipertanggungjawabkan dengan jelas kepada masing-masing kepala suku.
Tidak hanya itu, ketidaksesuaian antara perjanjian kontrak kerja sama 70/30 antara perusahaan dan masyarakat dengan realitas di lapangan juga menjadi perhatian serius. MRPB mempertanyakan pelaksanaan perjanjian tersebut sejak tahun 2010 hingga sekarang, serta kapan perusahaan akan mengembalikan plasma kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.
Selain masalah tersebut, pentingnya pemberdayaan masyarakat lokal dalam tenaga kerja juga menjadi perhatian. MRPB menekankan agar perusahaan memperhatikan undang-undang Otonomi Khusus yang mengamanatkan bahwa 80% tenaga kerja harus berasal dari orang asli Papua.
Dalam penjelasannya, Pdt. Lukas Saroy menegaskan pentingnya rekrutmen tenaga kerja yang mengutamakan orang asli Papua. Dia juga memberikan pr kepada perusahaan untuk menyediakan data karyawan sesuai dengan undang-undang Otsus dalam waktu satu minggu ke depan.
Di sisi lain, harapan Musa Mandacan dari hasil pertemuan tersebut adalah agar perusahaan dapat melakukan perbaikan dalam pengolahan pabrik untuk menerima buah, termasuk buah luar Pemda yang ditinggalkan oleh PT PN 2. Harapannya, perusahaan dapat meningkatkan penerimaan buah, sehingga masyarakat dapat menerima hasil kelapa sawit mereka dengan lebih baik.
Sementara itu, Marsel Piribu, sebagai kontroler kapiter PT Medco, memberikan apresiasi atas kunjungan MRPB. Dia menyambut baik usaha MRPB dalam menyoroti isu-isu yang penting bagi masyarakat Papua. Marsel Piribu juga menekankan pentingnya kolaborasi yang baik antara perusahaan dan masyarakat untuk mencapai tujuan bersama yang positif.
Kunjungan MRPB ke PT Medco bukanlah sekadar pertemuan biasa, melainkan langkah awal dalam upaya memperbaiki kondisi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua. Harapannya, hasil kunjungan ini akan menjadi momentum untuk perubahan yang lebih baik di masa depan.(PS-08)