Peran TNI-AL Dalam Percepatan Penurunan Stunting, Berbasis Keluarga Berada di Desa-Desa Pesisir

oleh -343 Dilihat

MANOKWARI, PapuaStar.com-Masalah kesehatan adalah SDM unggul adalah proses yang terjadi dari masa kandungan, kelahiran dan masa pertumbuhan.

Produktvitas SDM Indonesia perlu ditingkatkan mengingat data Stunting di Indonesia. Survei status gizi balita di Indonesia (SGGI) 2022 masih menunjukkan angka 21,6 Persen.
Potensi TNI dalam pemecahan masalah dalam skope UU No. 34 Tahun 2004.

Khususnya tugas OMSP, TNI dapat membantu program percepatan penurunan Stunting guna mewujudkan SDM Masyarakat Indonesia yang unggul.
TNI AL yang memiliki tugas di Wilayah Kemaritiman memberi tugas kepada Koordinator Wilayah adalah Babinpotmar (Bintara Pembinaan Potensi Maritim) agar Keluarga-keluarga TNI yang bertugas di Daerah Pesisir Pantai.

Apa yang bisa kita bawa ke dalam pertemuan atau dokumen perencanaan?
Berapa banyak jumlah Binaan Desa Pesisir yang ada di Wilayah Binaan Potensi Maritim di TNI AL? sehingga dengan mengetahui banyaknya jumlah Desa Binaan maka akan dapat melihat Fasilitas Kesehatan terdekat yang ada di Wilayah tersebut.

Proposal struktur organisasi pelaksana kegiatan TNI AL untuk program penguatan SDM masyarakat
Posisi:

Organisasi pelaksana
Keputusan tertinggi
Kafasharkan Manokwari
Manajer program
Karumkital dr. Azhar Zahir
Pengawas mutu:
Aspotmar Lantamal XIV Sorong
Tim Pendukung:
Fasyankes, Nakes dan Lintas Sektor bidang kesehatan
Petugas layanan terdepan
Ibu-ibu jalasenastri, Nakes Rumkital dr. Azhar Zahir dan Babin Potmar
Sasaran program:

Keluarga dengan anak kekurangan gizi di desa pesisir binaan TNI AL

Berapa banyak jumlah Populasi yang ada yaitu Ibu Hamil dan Balita pada daerah tersebut? sehingga untuk mengetahui sasaran Populasi yang ditargetkan untuk menilai terlaksananya Program Percepatan Penurunan Stunting di Daerah Binaan Desa Pesisir.

Program Stunting yang dapat dijalankan oleh ibu-ibu Jalasenastri (Organisasi Istri TNI AL) dapat difokuskan pada peningkatan gizi, edukasi kesehatan dan dukungan kepada keluarga dan komunitas kegiatan yang nyata dan telah dilaksanakan antara lain Penyuluhan Gizi dan Pola Makan Sehat.

Pemeriksaan Kesehatan rutin pengukuran Tinggi Badan, Berat Badan, pengecekan status gizi pada Balita dan Pemberian Paket Makanan Tambahan (PMT) dengan bekerjasama dengan Instansi kesehatan atau sponsor untuk menyediakan makanan tambahan bergizi bagi balita berisiko mengalami stunting, seperti biskuit, bernutrisi, susu dan vitamin.

Berapa Anggaran yang dibutuhkan dalam Program Percepatan Penurunan Stunting? untuk nantinya dapat diajukan dalam Program dan Anggaran TNI AL. Sehingga para koordinator di lapangan dapat berjalan melaksanakan program tersebut.

Anggaran yang diperlukan untuk menjalankan program stunting dapat bervariasi tergantung pada skala, cakupan dan jenis kegiatan yang dilakukan.

Sehingga perhitungan jenis kegiatan dilakukan dengan sangat teliti sehingga program yang telah direncanakan dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran.

Diagram organisasi pelaksanaan: Dalam Perencanaan Rancangan pada Diagram Organisasi Pelaksanaan diatas menunjukkan bahwa keputusan tertinggi pelaksanaan Program Stunting dibawah Komando Kafasharkan Manokwari.

Manager Program pelaksanaan Stunting adalah Karumkital dr. Azhar Zahir yang dibantu sebagai sektor lini terdepan adalah Ibu-ibu Jalasenastri, Tenaga Kesehatan dan Instansi Kesehatan dari berbagai lintas sektor dalam melaksanakan program stunting di desa pesisir binaan Fasharkan Manokwari. Bertindak sebagai pengawas mutu kegiatan program adalah Aspotmar Lantamal XIV Sorong.

Efektif dan Efisien :
Program Penurunan Stunting yang dilaksanakan oleh TNI AL merupakan bagian dari upaya Pemerintah Indonesia untuk mengurangi prevalensi stunting di kalangan anak-anak. sebagai Evaluator beberapa peniliaian indikator dalam keberhasilan program yang telah dilaksanakan yaitu :

Efektivitas :
Cakupan dan Skala Program: TNI AL sering kali terlibat dalam intervensi di wilayah pesisir dan daerah terpencil. Efektivitasnya dapat diukur dari seberapa banyak wilayah yang dijangkau dan seberapa signifikan pengaruhnya terhadap penurunan prevalensi stunting di daerah-daerah tersebut.

Jenis Intervensi: Program yang dilakukan meliputi penyediaan pangan bergizi, perbaikan sanitasi dan edukasi kesehatan. Efektivitas dapat dilihat dari hasil di lapangan, seperti peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pola makan yang baik.

Kolaborasi dengan pihak lain: Efektivitas program TNI AL juga bergantung pada kolaborasi dengan sektor kesehatan, pemerintah daerah, dan lembaga non-pemerintah. Dukungan keberhasilan jangka panjang.

Penggunaan Sumber Daya: Efisiensi program bisa dinilai dari bagaimana TNI AL memanfaatkan sumber daya yang ada, termasuk tenaga kerja, logistik dan infrastruktur militer. Dikarenakan TNI AL memiliki jaringan dan aset yang tersebar luas, ini bisa menjadi faktor penghematan biaya.

Waktu Pelaksanaan: Mengingat program-program militer biasanya dijalankan dengan disiplin dan terjadwal ketat, efisiensi waktu bisa menjadi salah satu kekuatan program.

Sustainability (Keberlanjutan): Efisiensi juga bisa dinilai dari bagaimana program ini berkelanjutan dan jangka panjang. Jika intervensi yang dilakukan TNI AL menghasilkan perubahan yang bisa bertahan dan ditindaklanjuti oleh masyarakat atau pemerintah loka, maka program dapat efisien.

Namun, data kuantitatif yang lebih konkret terkait penurunan angka stunting sebagai hasil dari intervensi TNI AL dan pengukuran efisiensi khusus pada penggunaan anggaran dan sumber daya masih diperlukan untuk penilaian lebih objektif.

by. Penulis oleh : Franzeska Astrit Aksari R., S.K.M Mahasiswa Pascasarjana Universitas Cenderawasih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *