MANOKWARI, PapuaStar.com – Ketua Majelis Rakyat Papua (MRP) Papua Barat, Maxsi Nelson Ahoren mengatakan, MRP adalah representasi dari kultur Orang Asli Papua yang berbicara tentang kepentingan orang asli Papua (OAP) bukan berbicara kepentingan Politik didalamnya dan sesungguhnya mereka itu adalah memang muncul dari 3 unsur yang mewakili Adat, Perempuan dan Agama.
Karena MRP-PB merupakan representasi kultur orang asli papua, sehingga terjadi sebuah persoalan di wilayah adat maka MRP inilah yang punya peran, jangan aparat kepolisian, aparat pemerintah yang tidak mengerti dengan persoalan adat, budaya dan kebiasaan tradisi tidak boleh ikut campur,” terang mantan anggota DPR Papua Barat, Senin (23/01/2023)
Dikatakan, aspirasi perempuan biarlah tokoh perempuan dari MRP yang bicara, jadi nanti unsur perempuan yang menjadi penghubung antara masyarakat dengan pemerintah, jadi kalau mereka betul-betul di berikan ruang itu otomatis mudah diselesaikan, termasuk masalah agama.
“Selama inikan dari satu, dua orang, baik tokoh agama, tokoh adat dan tokoh perempuan langsung pemerintah, tanpa melewati MRP-PB padahal menurut saya ini Jalur yang bisa kita fungsikan perannya dengan baik.
Karena MRP-PB tumbuh dan berasal dari Adat, Agama, dan Perempuan sebagai lembaga representasi kultur OAP itu yang mendasarinya “bukan dari kelompok politik” yang ada di dalam kelompok masyarakat atau lingkungan pemerintah,” beber Maxsi Ahoren.
MRP menjadi penyalur penyampaian aspirasi yang sangat mendasar kepada pemerintah untuk bersama-sama kita olah berbagai hal, misalnya MRP-PB bisa memberikan masukan, pertimbangan saat menyusun anggaran pendapat belanja daerah agar dari situ Pemerintah kaji apa yang perlu dibangun apa yang perlu dibijaki,” tandas Maxsi Ahoren.(PS-08)